Jumat, 14 Oktober 2011

RAHASIA MAKNA IQRA'

 
 

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَق َ(1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَق ٍ(2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(3)الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(5)
‘Iqra’ (bacalah) denqan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmu lah yang Paling Pemurah, sang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia Mengajarkan kepada manusia apa sang tidak diketahuinya. (Q. Al ‘Alaq: 1-5)

perintah “IQRA” bukanlah sekedar “membaca” dalam arti menggoyang lidah untuk melantunkan huruf demi huruf, kata demi kata dan kalimat demi kalimat, namun Inilah yang membedakan antara membaca yang bernilai ibadah dengan membaca dalam bentuk yang lain. perintah “IQRA” secara luas justru mengandung tiga pengertian dasar.

Pertama, pengertian secara tekstual yaitu membaca ayat-ayat Allah (tanda-tanda Ilahi) yang tertulis dalam Al-Quran (al Aayaat al Qauliyyah);  
 Aliif = “Allah”.
Qaaf = “Quran”.
Raa = “Rahmat”
 Dalam konteks ini, kata “IQRA” diartikan bahwa Allah swt menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.
 "Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta.” (QS. Al-Anbiya: 107)
 
kedua, yaitu membaca ayat-ayat Allah (tanda-tanda Ialhi) yang tercipta dan terdapat di alam semesta; 
 Aliif = “Allah”
Qaaf = “qalam” (gejala alam)
Raa = “ra’a” (membaca dengan mata)
 Dalam konteks ini, kata “IQRA” diartikan bahwa alam semesta merupakan al-qalam (tanda-tanda) yang dianugerahkan Allah untuk dipahami secara visual (dibaca dengan mata) oleh manusia untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar sebuah ilmu pengetahuan.
 
ketiga, membaca ayat-ayat Allah (tanda-tanda Ilahi) yang terdapat pada diri pribadi setiap manusia.
 Aliif = “Allah”
Qaaf = “qalbu” (perasaan).
Raa = “ruuh” (jiwa).
 Nah, dalam konteks ini, kata “IQRA” ditafsirkan sebagai sebuah sistem yang terdapat di dalam setiap diri pribadi manusia yang harus bekerja secara bersinergi, selaras dan seimbang. Ketiga komponen inilah (yakni Allah, perasaan dan jiwa) yang disebut oleh sains modern sebagai realitas quantum diri manusia, sebuah realitas yang tidak kasat mata, namun menyimpan sebuah kekuatan dahsyat yang keberadaannya mampu merubah nasib manusia. Secara Khusus maknanya Selalu Menghadirkan Allah dalam Hati Kita/Mengingat Allah..
Pancaindra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba menempati posisi yang sangat penting bagi manusia dan sangat berguna untuk menangkap pesan tentang benda-benda dan keadaan yang ada di lingkungan sekelilingnya.
Akal, yang berfungsi pada tataran rasionalitas. Akal memiliki kemampuan untuk mengumpul data, menganalisa, mengolah dan membuat kesimpulan dari yang telah tertangkap dan diinformasikan oleh pancaindra.
Intuisi atau ilham didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu. Tidak semua orang bisa mendapatkan kemampuan intuitif dan ilham, kecuali orang-orang yang melakukan musyahadah melalui kontemplasi (perenungan), ibadah dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
Kemampuan dimiliki manusia sangat terbatas, baik bersifat fisik yang masih menyimpan misteri bagi manusia, apatah lagi yang bersifat non-fisik dan irrasional yang tidak mampu dicerna akal.
Wahyu membimbing manusia, agar tidak tertipu oleh indra dan akalnya yang terbatas. Wahyu memberikan kepastian agar akal tidak mengelana tanpa arab yang dapat membawa kepada ketersesatan dari kebenaran yang hakiki.
Wahyu adalah pengetahuan dan kebenaran tertinggi yang datang dari Dzat Yang Maha Tinggi dan Yang Maha Tahu segala rahasia alam semesta ini.
Wahyu Allah adalah kebenaran yang bersifat mutlak.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di segenap wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar.” (QS. Fushilat: 53)

Kata “IQRA” sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perintah “IQRA”, pada dasarnya merupakan himpunan dari huruf Aliif – Qaaf – Raa – Aliif, yang jika diringkas merupakan himpunan ketiga huruf Aliif, Qaaf dan Raa.

Pada huruf-huruf tersebut seakan-akan ada isyarat dan hakikat yang perlu kita pahami sehingga pada akhirnya kita akan mampu mengungkap rahasia yang tersimpan dibalik perintah “IQRA”.

Rahasia tersebut baru akan benar-benar terungkap jika saja kita mampu menghimpun rangkaian huruf demi huruf yang menyusun kata “IQRA” secara sempurna ke dalam tiga pengertian dasar perintah “IQRA” itu sendiri.

Allahu a ‘lam bishawab.
Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar