Dulu, saat saya masih tinggal di desa Ngrendeng di kaki gunung Lawu ada salah satu
kidung pujian yang sering didendangkan. saya lupa lupa ingat liriknya, mungkin sebagian
begini
…witing
iman, godhonge syahadat, kembange sholawat…pentile zikir, wohee puji-pujian,.....
Yah… begitu sebagian bunyi kidung nya yang berhasil kuingat, yang dulu dengan pedenya kudendang ketika menunggu imam hendak shalat magrib maupun isya'. ya.. begitulah syair jawa sederhana tapi kaya makna. Entah siapa yang mencipta syair kidung tersebut. Aku
tidak tahu. Yang jelas itu kuperoleh dari masyarakat di desaku
Ada sebuah pencerahan melalui sebuah perumpaan yang digambarkan oleh
syair tersebut tentang keimanan. Iman diibaratkan dengan wit (batang
pohon). Keimanan seseorang diibaratkan sebuah pohon, dan batang tersebut
adalah iman sebagai penyangga pokoknya.
Sedangkan daun melambangkan
syahadat. Mati hidupnya sebuah pohon ada pada daunnya. Ketika daun itu
rontok, maka menunjukkan gejala sekarat (meranggas). Jika pohonnya sehat
dan kuat diikuti oleh lebat dan segarnya daun. Artinya, syahadat
seseorang yang kuat akan menjadi perlambang hidupnya iman dalam hati.
Demikian pula sebaliknya.Sholawat diibaratkan oleh kembang (bunga). Ya kecintaan kita kepada
Rasulullah SAW melalui pujian sholawat melambangkan iman yang
berkembang, yang berhias dan semakin indah dilihat.
Pohon tersebut tidak
sekedar hidup tetapi sudah menunjukkan adanya bakal buah (pentil)
sebagai lambang zikir, dan tentu bakal ada manfaatnya sebuah pohon
(diri).
Manfaat tersebut serasa lengkap jika diakhiri dengan buah
(woh-ing) puji-pujian kepada Allah. Hidup kita diabdikan untuk yang lain
dengan tujuan memuji Allah. Itulah manfaat diri dalam kehidupan yang
berasal dari akar kuat yang melekat dalam batang pohon keimanan.
Dengan sederhana kidung tersebut mengajarkan kepada kita bahwa
keimanan akan nampak terasa dan lebih dirasakan keberadaannya ketika dia
membawa manusia menjadi manfaat untuk yang lainnya. Ini pulalah yang
disebut Rasul SAW, …khoirun naas, anfa’uhum linnaas…
Terlepas kita setuju atau tidak melagukan
puji-pujian menjelang shalat berjamaah di musholla atau masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar