Jumat, 14 Oktober 2011

Witing Iman


 
Dulu, saat saya masih tinggal di desa Ngrendeng di kaki gunung Lawu ada salah satu kidung pujian yang sering didendangkan. saya lupa lupa ingat liriknya, mungkin sebagian  begini
…witing iman, godhonge syahadat, kembange sholawat…pentile zikir, wohee puji-pujian,.....
Yah… begitu sebagian bunyi kidung nya yang berhasil kuingat, yang dulu dengan  pedenya  kudendang ketika menunggu imam hendak shalat magrib maupun isya'.   ya.. begitulah syair jawa sederhana tapi kaya makna. Entah siapa yang mencipta syair kidung tersebut. Aku tidak tahu. Yang jelas itu kuperoleh dari masyarakat di desaku

Ada sebuah pencerahan melalui sebuah perumpaan yang digambarkan oleh syair tersebut tentang keimanan. Iman diibaratkan dengan wit (batang pohon). Keimanan seseorang diibaratkan sebuah pohon, dan batang tersebut adalah iman sebagai penyangga pokoknya. 
Sedangkan daun melambangkan syahadat. Mati hidupnya sebuah pohon ada pada daunnya. Ketika daun itu rontok, maka menunjukkan gejala sekarat (meranggas). Jika pohonnya sehat dan kuat diikuti oleh lebat dan segarnya daun. Artinya, syahadat seseorang yang kuat akan menjadi perlambang hidupnya iman dalam hati. 
Demikian pula sebaliknya.Sholawat diibaratkan oleh kembang (bunga). Ya kecintaan kita kepada Rasulullah SAW melalui pujian sholawat melambangkan iman yang berkembang, yang berhias dan semakin indah dilihat. 
Pohon tersebut tidak sekedar hidup tetapi sudah menunjukkan adanya bakal buah (pentil) sebagai lambang zikir, dan tentu bakal ada manfaatnya sebuah pohon (diri). 
Manfaat tersebut serasa lengkap jika diakhiri dengan buah (woh-ing) puji-pujian kepada Allah. Hidup kita diabdikan untuk yang lain dengan tujuan memuji Allah. Itulah manfaat diri dalam kehidupan yang berasal dari akar kuat yang melekat dalam batang pohon keimanan.

Dengan sederhana kidung tersebut mengajarkan kepada kita bahwa keimanan akan nampak terasa dan lebih dirasakan keberadaannya ketika dia membawa manusia menjadi manfaat untuk yang lainnya. Ini pulalah yang disebut Rasul SAW, …khoirun naas, anfa’uhum linnaas…

Terlepas kita setuju atau tidak melagukan puji-pujian menjelang shalat berjamaah di musholla atau masjid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar